Beranda | Artikel
Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 89 - 91 (Ustadz Badrusalam, Lc.)
Senin, 26 Maret 2018

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 89 – 91 adalah kajian tafsir Al-Quran yang disampaikan oleh: Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Kajian ini beliau sampaikan di Masjid Al-Barkah, komplek studio Radio Rodja dan RodjaTV pada Selasa, 03 Rajab 1439 H/ 20 Maret 2018 M. 

Kajian Tafsir Al-Quran: Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 89 – 91

Dalam ayat ke 89 ini Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَلَمَّا جَاءَهُمْ كِتَابٌ مِّنْ عِندِ اللَّـهِ مُصَدِّقٌ لِّمَا مَعَهُمْ وَكَانُوا مِن قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى الَّذِينَ كَفَرُوا فَلَمَّا جَاءَهُم مَّا عَرَفُوا كَفَرُوا بِهِ ۚ فَلَعْنَةُ اللَّـهِ عَلَى الْكَافِرِينَ ﴿٨٩﴾

Dan setelah datang kepada mereka Al Quran dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka laknat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu.” (Q.S Al-Baqarah [2]: 89)

Pada ayat selanjutnya Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

بِئْسَمَا اشْتَرَوْا بِهِ أَنفُسَهُمْ أَن يَكْفُرُوا بِمَا أَنزَلَ اللَّـهُ بَغْيًا أَن يُنَزِّلَ اللَّـهُ مِن فَضْلِهِ عَلَىٰ مَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ ۖ فَبَاءُوا بِغَضَبٍ عَلَىٰ غَضَبٍ ۚ وَلِلْكَافِرِينَ عَذَابٌ مُّهِينٌ ﴿٩٠﴾

Alangkah buruknya (hasil perbuatan) mereka yang menjual dirinya sendiri dengan kekafiran kepada apa yang telah diturunkan Allah, karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hamba-Nya. Karena itu mereka mendapat murka sesudah (mendapat) kemurkaan. Dan untuk orang-orang kafir siksaan yang menghinakan.” (Q.S Al-Baqarah [2]: 90)

Pada kajian sebelumnya, telah disebutkan dua faidah dari dua ayat di atas. Faidah selanjutnya dari ayat di atas adalah:

Faidah Ayat:

Syaikh Utsaimin rahimahullah mengatakan faidah dari ayat ini:

Ketiga, bahwa ilmu adalah karunia Allah yang paling besar. Yaitu ilmu tentang Allah, tentang syariatnya, tentang Rasulullah, tentang agama-Nya, ini karunia yang terbesar. Allah mengatakan bahwa Al-Qur’an merupakan karunia Allah, sedangkan Al-Qur’an merupakan ilmu. Berarti orang yang diberikan oleh Allah ilmu tentang Al-Qur’an dan hadits, sungguh dia telah diberikan karunia yang banyak. Oleh sebab itu kita bersyukur ketika Allah memberikan kepada kita kemauan untuk menuntut ilmu. Karena itu hakikatnya adalah karunia yang hendaknya kita bergembira dengannya. Allah berfirman:

قُلْ بِفَضْلِ اللَّـهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ ﴿٥٨﴾

Katakanlah: “Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”.” (QS. Yunus[10]: 58)

Dari berbagai macam sisi, ilmu lebih baik dari pada harta. Maka dari itu kita berusaha untuk berlomba-lomba mencari warisan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Untuk melihat perbedaan antara keutamaan ilmu dengan keutamaan harta, hendaknya seorang muslim melihat kepada khalifah-khalifah terdahulu. Raja-raja setelah kekhalifahan jarang kita kenal. Yang kita kenal adalah ulama-ulamanya. Dari zaman ke zaman, senantiasa yang selalu disebutkan oleh para ulama dalam kitab-kitab mereka adalah nama-nama ulama. Hal ini dikarenakan faidah mereka yang sangat luar biasa untuk umat. Ilmu yang mereka sampaikan adalah kehidupan untuk hati.

Faidah keempat, menetapkan kehendak Allah. Dan kehendak Allah ada dua macam. Yaitu masyi’ah kauniyah qodariyah (kehendak yang hanya sebatas kehendak dan tidak berhubungan dengan cinta dan ridho). Ada juga yang disebut dengan syar’iyyah diniyyah (kehendak Allah yang berhubungan dengan cinta dan ridho-Nya). Allah mencintai ketaatan, Allah memerintahkan untuk melakukan ketaatan. Allah memerintahkan kita meninggalkan maksiat, padahal Allah menciptakan maksiat. Lalu kenapa Allah adakan maksiat? Karena hal ini dijadikan sebagai ujian antara orang yang mau taat dan orang yang tidak mau taat. Maka dua kehendak ini sama sekali tidak bertabrakan.

Dan tentunya, kehendak Allah itu berdasarkan ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu. Tidak mungkin Allah berbuat dzalim. Berbeda dengan manusia. Manusia berkehendak berdasarkan hawa nafsu dan kedzaliman.

Kehendak Allah juga tidak lepas dari keadilan atau rahmat dan kasih sayang Allah. Jika ada orang yang dijadikan terlahir dalam keadaan cacat, apakah berarti Allah adil? Maka jawabannya adalah adil. Sisi adilnya dari mana? Terkadang kita tidak menemukannya karena ilmu kita sedikit sekali. Kadang kita tidak mengerti perbuatan Allah. Maka dari itu kita wajib khusnudzan kepada Allah. Tidak mungkin Allah mendzalimi hamba-hambaNya.

Bagaiaman Penjelasan Lengkapnya? Simak dan Download MP3 Kajian Tafsir Al-Quran: Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 89 – 91


Jangan lupa untuk ikut membagikan link download kajian ini ke Facebook, Twitter, dan Google+. Semoga bisa menjadi pembuka pintu kebaikan bagi orang lain.


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/30476-tafsir-surat-al-baqarah-ayat-89-91-ustadz-badrusalam-lc/